Bintanggur (Calophyllum Inophyllum L) merupakan pohon yang banyak tumbuh di beberapa wilayah Indonesia terutama Indonesia bagian Timur, termasuk Papua dan Papua Barat. Namun belum banyak yang mengetahui bahwa pohon ini merupakan salah satu tumbuhan penghasil minyak nabati dengan rendemen setara dengan sawit.
NAMA POHON | SUMBER MINYAK | % MINYAK |
Kelapa Sawit | Sabut/Kernel | 45 - 70 |
Jarak Pagar | Inti biji/Kernel | 40 - 60 |
Saga Utan | Inti/Kernel | 14 - 28 |
Kemiri | Daging biji | 57 - 69 |
Kapok | Inti biji | 24 - 40 |
Kelor | Inti biji | 30 - 49 |
Kasumba | Inti biji | 30 - 50 |
Bintanggur | Inti biji | 40 – 73 |
Gambaran Produksi Minyak Bintanggur:- Jarak antar tanaman 12 – 15 m, 1 Ha = 40 – 60 btg pohon.- Awal berbuah umur 7 tahun hasilkan 5 – 20 kg buah pertahun.- Umur 10 – 15 tahun hasilkan 25 – 100 kg buah pertahun.- Umur 20 tahun hasilkan 200 – 300 kg (1 barrel) pertahun.- Umur 50 tahun hasilkan ???
Gambar 1. Pohon Bintanggur ditepi laut.
Proses pengolahan awal produksi minyak meliputi pengeringan biji, pelepasan cangkang, pencucian, pemasakan, dan pengeringan. Pengeringan biji dilakukan petani dengan cara penjemuran. Buah Hitaullo yang sudah matang dijemur untuk memudahkan pengambilan biji yang berwarna hijau mudah dan agak lunak. Setelah terpisah dari kulit cangkangnya, daging biji dicuci dan dimasak, kemudian dikeringkan sebelum dimasukkan ke dalam alat ekstraksi (mesin press) untuk mendapatkan minyak.
Proses pemasakan bisa tidak dilakukan, artinya daging buah bisa langsung dipres untuk mendapatkan minyaknya. Pada proses ekstraksi, daging buah yang sudah bersih dan kering, digiling dan ditekan. Bila diperlukan daging buah dipanaskan sebelum pengempaan tetapi tidak boleh mengalami kelebihan panas. Pemanasan awal akan meningkatkan perolehan minyak lebih dari 25%, Pemanasan untuk menggumpalkan protein dan melepaskan minyak agar proses ekstraksi lebih efisien. Setelah pengepresan, minyak disaring (filtrasi). Setalah filtrasi, minyak perlu proses rafinasi (pemurnian) untuk menghilangkan pengotor. Proses pemurnian akan menurunkan viskositas sekitar 30%. Proses pemurnian meliputi:
1. degumming untuk menghilangkan kotoran yang bersifat koloidal;
2. netralisasi atau asidifikasi untuk menghilangkan free fatty acid (asam-asam lemak bebas) penyebab bau tengik;
3. bleaching untuk menghilangkan zat warna yang terlarut dan terdispersi;
4. deodorisasi untuk menghilangkan senyawa karbohidrat tak jenuh, aldehid, keton, dan senyawa lain yang memiliki volatilitas tinggi.
Minyak yang sudah dimurnikan dapat digunakan sebagai bahan bakar minyak secara langsung untuk menggantikan kerosen (minyak tanah) di sektor rumah tangga atau menggantikan minyak diesel untuk bahan bakar mesin diesel low speed, seperti mesin diesel stasioner (pembangkit listrik), pompa air, mesin kapal motor, atau penggilingan padi. Minyak yang telah dimurnikan, juga dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar solar pada mesin diesel high speed (kendaraan diesel) dengan pemasangan kit (pre-heater) pada mesin untuk menurunkan viskositas. Minyak tidak perlu diproses sebelum digunakan pada mesin diesel khusus (tanpa modifikasi pemasangan pre-heater) seperti Elsbett engines, cukup penyaringan dengan hati-hati.
Cara lain menurunkan viskositas minyak Hitaullo agar memenuhi spesifikasi mesin diesel high speed, bisa dilakukan dengan cara ‘transesterifikasi’ asam lemak ‘trigliserida’ di dalam minyak Hitaullo dan sedikit esterifikasi asam-asam lemak bebas (bila kandungan asam lemak bebas cukup tinggi) menjadi ester metil (biodiesel).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar