Senin, 19 November 2012

Pelajaran dari Sun Tzu untuk Tentara

[Dikutip dari “ The Art of War Sun Tzu “ - James Clavel (2003)]

Suatu ketika , Ho Lu, Raja Kerajaan Wu berkata kepada Sun Tzu,” Aku telah membaca tiga belas bab yang kau tulis. Bolehkah aku mencoba teori menangani tentara dalam suatu ujian kecil?”

     Sun Tzu menjawab,” Silahkan Yang Mulia.”

     Sang Raja bertanya,” Bolehkah aku mencobanya pada para wanita?”

   Jawaban yang diberikan sama, lalu Raja memerintahkan 180 wanita dari istana untuk mengikuti latihan tersebut. Sun Tzu membagi mereka kedalam dua kelompok dan menunjuk selir yang paling disukai sang Raja sebagai pimpinan dari masing-masing kelompok. Dia lalu memerintahkan mereka untuk mengambil tombak dan mengatakan, “Saya rasa kalian sudah tahu perbedaan antara depan dan belakang, tangan kanan dan tangan kiri.

     Para wanita tersebut menjawab, “Ya.”

    Sun Tzu melanjutkan, “Bila saya mengatakan ‘mata kedepan’ , kalian semua harus melihat kedepan. Bila saya berkata ‘hadap kiri’, kalian harus menghadap kekiri. Bila saya berkata ‘hadap kanan’, kalian harus menghadap kekanan. Bila saya berkata ‘balik kanan’, kalian semua harus berputar dan menghadap kebelakang.”

    Mereka semua menjawab setuju. Setelah kata-kata perintah dijelaskan, dia lalu mengambil tombak dan kapak lalu mengawali latihan. Bersamaan dengan suara genderang, dia memberi perintah, “HADAP KANAN !” Namun wanita-wanita tersebut hanya tertawa.

     Sun Tzu berkata dengan sabar,” Jika kata-kata perintah yang diberikan tidak jelas, dan perintah tidak dipahami sepenuhnya, maka yang salah adalah Panglima.” Dia mulai melatih mereka lagi dan kali ini memberi perintah, “ HADAP KIRI !” Namun para wanita tersebut sekali lagi tertawa terbahak-bahak.

     Kemudian dia berkata,” Jika kata-kata perintah tidak jelas, dan perintah tidak dipahami sepenuhnya, maka yang salah adalah Panglima. Namun jika perintah yang diberikan sudah jelas tapi para prajurit tetap tidak mematuhi, maka yang salah adalah pimpinan mereka.” Setelah berkata demikian, dia memerintahkan pimpinan dari kedua kelompok tersebut untuk dipenggal.

     Saat itu Raja tengah menyaksikan latihan tersebut dari paviliun, dan saat dia mendengar bahwa selirnya akan dipenggal, dia merasa khawatir dan cepat-cepat mengirimkan pesan. “ Kami merasa puas dengan kemampuan Panglima dalam menangani prajurit. Jika kami harus kehilangan kedua orang tersebut, maka makanan dan minuman kami akan kehilangan cita-rasanya. Kami berharap mereka tidak perlu dipenggal.”

     Sun Tzu menjawab bahkan dengan lebih sabar lagi, “ Setelah menerima pengangkatan Yang Mulia sebagai Panglima, ada beberapa perintah tertentu dari Yang Mulia yang dalam hal ini, tidak bisa hamba terima.” Selanjutnya, dia segera memerintahkan kedua pimpinan tersebut untuk dipenggal dan langsung menunjuk dua orang lainnya untuk menggantikan mereka. Setelah selesai, genderang untuk memulai latihan dibunyikan kembali. Para wanita tersebut menjalani semua yang diperintahkan. Hadap kanan atau hadap kiri, maju ke depan atau membentuk lingkaran, berlutut atau berdiri, dengan ketepatan sempurna, tanpa mengeluarkan suara apapun.

     Kemudian Sun Tzu mengirim pesan kepada Raja dengan mengatakan, “ Prajurit Yang Mulia, sekarang telah memperoleh latihan dan disiplin serta siap untuk diinspeksi. Mereka bisa disuruh melakukan apa saja yang dikehendaki oleh Yang Mulia. Perintahkan mereka untuk terjun kedalam api atau laut, dan mereka akan patuh.”

     Namun sang Raja menjawab,” Anda bisa menghentikan latihan dan kembali ke barak, kami tidak ingin melakukan inspeksi atas prajurit.”

     Selanjutnya Sun Tzu mengatakan dengan tenang,” Raja hanya senang berbicara dan tidak bisa mengubahnya menjadi perbuatan.”

     Setelah kejadian itu, Raja Wu melihat bahwa Sun Tzu merupakan satu-satunya orang yang tahu bagaimana menangani para prajuritnya, sehingga mengangkatnya sebagai Panglima. Banyak negara ditaklukkan oleh Kerajaan Wu selama Sun Tzu menjadi Panglima hampir dua dekade.

Bahan renungan tentara:

     Hal yang sangat menarik dari ceritera di atas, ketika Sun Tzu berani mengatakan TIDAK kepada Raja, dengan alasan yang tepat bahkan Raja sendiri TIDAK MAMPU menolaknya. Sepanjang sejarah TNI, tidak banyak Panglima yang berani mengatakan TIDAK kepada Presiden. Diantara yang sedikit tersebut, Panglima Besar Sudirman salah satunya tatkala memilih melanjutkan perang secara gerilya daripada menerima permintaan Presiden Soekarno untuk menempuh jalan diplomasi. Kemudian Jenderal Endriartono Sutarto tatkala mengatakan tidak atas Dekrit yang akan dikeluarkan Presiden Abdurahman Wahid.

     Bibit kehancuran suatu tentara adalah tatkala Panglimanya TIDAK BERANI mengatakan TIDAK ketika dibutuhkan. Tentara tidak perlu menyenangkan Raja/Presiden karena bukan untuk itu tentara dibuat. Namun tentara harus dapat memberikan rasa aman dan tenteram bagi rakyat dan negara, karena untuk itulah tentara diadakan. Semoga bermanfaat.    

Baca selengkapnya . . .

Bintanggur: Pohon Penghasil Emas Rakyat Papua.

Bintanggur (Calophyllum Inophyllum L) merupakan pohon yang banyak tumbuh di beberapa wilayah Indonesia terutama Indonesia bagian Timur, termasuk Papua dan Papua Barat. Namun belum banyak yang mengetahui bahwa pohon ini merupakan salah satu tumbuhan penghasil minyak nabati dengan rendemen setara dengan sawit.

NAMA POHON SUMBER MINYAK % MINYAK
Kelapa Sawit Sabut/Kernel 45 - 70
Jarak Pagar Inti biji/Kernel 40 - 60
Saga Utan Inti/Kernel 14 - 28
Kemiri Daging biji 57 - 69
Kapok Inti biji 24 - 40
Kelor Inti biji 30 - 49
Kasumba Inti biji 30 - 50
Bintanggur Inti biji 40 – 73
    Sumber: Hitaullo Sumber Energi Bahan Bakar Nabati dan
                Tanaman Konservasi – Ch. Abbas Sopamena (2007)
 
     Minyak Bintanggur lebih cocok digunakan sebagai minyak bahan bakar, tidak seperti sawit yang selain dapat digunakan sebagai minyak makan juga dapat sebagai bahan bakar. Namun kita jangan tergiur dulu dengan kehebatan pohon sawit. Tidak banyak yang mengetahui bahwa 1 btg pohon sawit dewasa membutuhkan 40 liter air setiap harinya. Jadi kalau kita menginginkan tanah Papua menjadi gurun pasir, tanam saja pohon sawit.
 
2 Juta Barrel Per Hari Potensi Papua.
  Produksi minyak Pertamina saat ini kurang dari 1 jt barrel per hari, sementara kebutuhan dalam negeri berkisar 1,4 jt barrel perhari sehingga negara harus mengimpor sekitar 400 rb barrel per hari.
  Dengan luasnya wilayah Papua (tidak termasuk Papua Barat) sangatlah memungkinkan untuk memproduksi minyak 2 jt barrel perhari dari hutan pohon Bintanggur. Sebagai ilustrasi: Luas wilayah Papua yang kurang dari 600 mdpl (pohon Bintanggur bisa tumbuh hingga ketinggian 1000 mdpl bahkan lebih, namun produksi minyak maksimal berada pada ketinggian 0 – 600 mdpl) adalah 237.820 km2 atau 23.782.000 Ha.
Gambaran Produksi Minyak Bintanggur:
-  Jarak antar tanaman 12 – 15 m, 1 Ha = 40 – 60 btg pohon.
-  Awal berbuah umur 7 tahun hasilkan 5 – 20 kg buah pertahun.
-  Umur 10 – 15 tahun hasilkan 25 – 100 kg buah pertahun.
-  Umur 20 tahun hasilkan 200 – 300 kg (1 barrel) pertahun.
-  Umur 50 tahun hasilkan ???
   Bila kita asumsikan setiap pohon menghasilkan minyak 1 barrel pertahun dan 1 Ha rata rata ditanam 50 btg pohon maka 1 Ha akan menghasilkan 50 barrel pertahun. Anggaplah 2/3 dari wilayah Papua 0 – 600 mdpl (15 jt Ha) ditanami pohon Bintanggur berarti setiap tahun akan dihasilkan minyak Bintanggur sejumlah 750 jt barrel atau 2 jt barrel setiap harinya.
 
Bintanggur
           Gambar 1. Pohon Bintanggur ditepi laut.
Keunggulan Minyak  Pohon Bintanggur.
1)  Proses ekstraksi minyak dapat dilakukan secara sederhana/manual. Pengolahan yang sederhana memungkinkan masyarakat menghasilkan sendiri kebutuhan minyak untuk penerangan ataupun kompor untuk memasak. Dengan sedikit sentuhan teknologi, masyarakat di daerah perairan dapat memproduksi sendiri bahan bakar untuk perahu/kapal (sudah pernah dilakukan percobaan oleh Bpk. Ch. Abbas Sopamena dan berhasil baik untuk kapal kecil maupun kendaraan jeep solar).
 
2)  Buah Bintanggur tidak mengenal musim, sehingga bisa dipanen setiap hari. Kondisi ini sangat cocok bagi sebagian besar masyarakat Papua non pegawai pemerintah yang masih mengandalkan pemenuhan kebutuhan secara jangka pendek.
 
Proses Pengolahan Minyak.
(Sopamena, 2006)

   Proses pengolahan awal produksi minyak meliputi pengeringan biji, pelepasan cangkang, pencucian, pemasakan, dan pengeringan. Pengeringan biji dilakukan petani dengan cara penjemuran. Buah Hitaullo yang sudah matang dijemur untuk memudahkan pengambilan biji yang berwarna hijau mudah dan agak lunak. Setelah terpisah dari kulit cangkangnya, daging biji dicuci dan dimasak, kemudian dikeringkan sebelum dimasukkan ke dalam alat ekstraksi (mesin press) untuk mendapatkan minyak.

   Proses pemasakan bisa tidak dilakukan, artinya daging buah bisa langsung dipres untuk mendapatkan minyaknya. Pada proses ekstraksi, daging buah yang sudah bersih dan kering, digiling dan ditekan. Bila diperlukan daging buah dipanaskan sebelum pengempaan tetapi tidak boleh mengalami kelebihan panas. Pemanasan awal akan meningkatkan perolehan minyak lebih dari 25%, Pemanasan untuk menggumpalkan protein dan melepaskan minyak agar proses ekstraksi lebih efisien. Setelah pengepresan, minyak disaring (filtrasi). Setalah filtrasi, minyak perlu proses rafinasi (pemurnian) untuk menghilangkan pengotor. Proses pemurnian akan menurunkan viskositas sekitar 30%. Proses pemurnian meliputi:

1. degumming untuk menghilangkan kotoran yang bersifat koloidal;

2. netralisasi atau asidifikasi untuk menghilangkan free fatty acid (asam-asam lemak bebas) penyebab bau tengik;

3. bleaching untuk menghilangkan zat warna yang terlarut dan terdispersi;

4. deodorisasi untuk menghilangkan senyawa karbohidrat tak jenuh, aldehid, keton, dan senyawa lain yang memiliki volatilitas tinggi.

   Minyak yang sudah dimurnikan dapat digunakan sebagai bahan bakar minyak secara langsung untuk menggantikan kerosen (minyak tanah) di sektor rumah tangga atau menggantikan minyak diesel untuk bahan bakar mesin diesel low speed, seperti mesin diesel stasioner (pembangkit listrik), pompa air, mesin kapal motor, atau penggilingan padi. Minyak yang telah dimurnikan, juga dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar solar pada mesin diesel high speed (kendaraan diesel) dengan pemasangan kit (pre-heater) pada mesin untuk menurunkan viskositas. Minyak tidak perlu diproses sebelum digunakan pada mesin diesel khusus (tanpa modifikasi pemasangan pre-heater) seperti Elsbett engines, cukup penyaringan dengan hati-hati.

   Cara lain menurunkan viskositas minyak Hitaullo agar memenuhi spesifikasi mesin diesel high speed, bisa dilakukan dengan cara ‘transesterifikasi’ asam lemak ‘trigliserida’ di dalam minyak Hitaullo dan sedikit esterifikasi asam-asam lemak bebas (bila kandungan asam lemak bebas cukup tinggi) menjadi ester metil (biodiesel).

 
Download
- Buku tentang pohon Bintanggur (dalam proses)
- Film tentang percobaan bahan bakar Bintanggur (dalam proses)

Baca selengkapnya . . .

Minggu, 18 November 2012

Pemerintah Perlu Belajar Dari Diri

P emerintah memiliki 2 fungsi generik yang paling mendasar sebagai wujud keberadaannya didalam sebuah Negara, yakni: fungsi mengatur dan fungsi membangun. Tanpa adanya keteraturan  mustahil pembangunan dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan hakiki ketika negara ini menyatakan kemerdekaannya. Secara jujur harus kita akui bahwa potret bangsa dan negara kita saat ini merupakan realita aktual betapa pemerintahan negara ini setengah hati melakukan fungsinya.

     Mari kita analogikan dengan tubuh kita untuk mempermudah bagaimana seharusnya implementasi kedua fungsi generik tsb. Sejak bayi dikandungan hingga lahir ke dunia Tuhan telah membentuk dan mengatur sedemikian rupa tubuh kita ini sedemikian teratur dan tertatanya sehingga manusia hanya membutuhkan makanan dan minuman saja untuk hidup dan bertumbuh. Yang luar-biasa, sistem dan mekanisme bekerja secara sinergis sehingga tidak ada satu bagianpun dari tubuh ini sekecil apapun dia yang tidak mendapat asupan makanan setepat yang dibutuhkan. Walaupun makanan masuk kedalam tubuh melalui mulut, namun bukan berarti hanya daerah disekitar mulut yang memperoleh porsi terbesar makanan, melainkan sesuai yang dibutuhkan saja. Demikian halnya bagian tubuh yang jauh dari mulut, akan tetap memperoleh makanan sesuai yang dibutuhkan setepat-tepatnya. Ini adalah pelajaran luar-biasa yang dapat menjadi acuan pemerintah dalam mengatur dan membangun bangsa dan negara ini, tanpa harus mengeluarkan biaya untuk melihat lihat bagaimana negara lain mengatur dan membangun. Ada pepatah bijak Cina Kuno, yang kira-kira berbunyi sbb: “ Orang bijak akan mengetahui segalanya tanpa harus beranjak dari tempatnya

     Berkenaan dengan mengatur dan membangun ini, Pemerintah tidak perlu mendapat penjelasan secara teknis bagaimana sistem tubuh melakukan itu semua. Pemerintah hanya perlu belajar bagaimana tubuh manusia teratur dan tumbuh. Karena pada hakekatnya tubuh manusia adalah miniatur alam semesta. Sistem dan mekanisme dalam tubuh manusia jauh lebih rumit daripada sistem dan mekanisme sebuah negara. Jadi ketika para penyelenggara negara yang duduk dalam pemerintahan mau tahu diri maka negara dan bangsa ini akan dapat menata dan membangun sesuai cita-cita luhur para founding fathers kita. Semoga bermanfaat.

Baca selengkapnya . . .